Banjir Bandang di BMR, Dondokambey: Kami Bertanggungjawab Bila….

Dishut51 views

BINTANGSULUT.COM – Banjir bandang kembali menerjang wilayah Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara, pada Sabtu 1-8’2020 kemarin.

Banjir bandang ini menghanyutkan 29 rumah dan menerjang 64 rumah hingga rusak.

Banjir bandang dipicu hujan lebat ini adalah yang kedua kali terjadi di Bolaang Mongondow Raya Provinsi Sulawesi Utara.

Menurut laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel), banjir bandang menerjang tiga kecamatan, yaitu Bolaang Uki, Helumo, dan Tomini. Akibatnya, 4.308 jiwa dari 1.327 keluarga di 11 desa kehilangan rumah atau terpaksa meninggalkan tempat tinggal untuk sementara.

Terkait dengan banjir dan tanah longsor yang terjadi di Bolmong sekaligus menyikapi desakan anggota DPRD Sulut Dapil Bolmong Raya (BMR) Muhammad Wongso dan Ir Jems Tuuk agar pihak dinas kehutanan melakukan tindakan pro-aktif dalam melakukan pengawasan terhadap pengerusakan hutan yang terjadi disana yang diduga disebabkan maraknya perambahan hutan.

Gerak cepat pun dilakukan Plt Kepala Dinas Kehutanan Rainier Dondokambey, S.Hut bersama jajaran untuk turun langsung ke wilayah Bolmong.

Plt kepala Dinas Kehutanan Sulut Rainier Dondokambey, S.Hut saat dikonfirmasi Rabu (5/8/20) mengatakan, saat ini pihaknya sedang melakukan analisis secara menyeluruh penyebab bencana banjir yang terjadi di sejumlah wilayah di Bolaang Mongondow Selatan bahkan dirinya turun langsung langsung melakukan monitoring di KPH 2 sebagai penanggung jawab wilayah.

“ Penyebab banjir di Bolsel kami telah melakukan telaah, saya kumpulkan semua personil mulai kepala KPH bersama seluruh staf disana, memonitor bagaimana sebenarnya yang terjadi.

Saya sampaikan semua masukan harus segera di tindak lanjuti apakah itu dari balai konservasi maupun anggota dewan yang terhormat.” ujar Dondokambey.

Kami dinas akan selalu bertanggungjawab bila bencana disebabkan oleh hutan itu sendiri, bila ada hal lain kami akan berkoordinasi dengan dinas lain, dan kami selalu berkomitmen untuk melakukan perbaikan perbaikan hutan dalam menjaga kelestarian hutan “. tegas Dondokambey.

“ Memang sesuai keterangan yang disampaikan mereka , kondisi disana saat terjadi bencana cuaca yang sangat ekstrim dimana curah hujan sangat tinggi bahkan hampir seminggu secara terus menerus, selain itu topografi di wilayah tersebut rata-rata gunung dan lembah sehingga ketika curah hujan tinggi menyebabkan aliran permukaan sangat kencang. “terangnya.

Ditegaskannya dari segi pengawasan illegal loging meski ditengah situasi pandemic covid 19 Dishut tetap melakukan pengawasan secara ketat, namun tidak bisa dipungkiri ada saja oknum tidak bertanggung jawab yang lolos dari pengawasan.

“ Bisa saja itu terjadi yang namanya illegal loging, makanya saat itu saya langsung perintahkan buat anlisa penutupan lahan dan bersama –sama UPT Kementerian kehutanan DP DAS mengambil data-data titik koordinat bencana longsor, dampak luasan banjir dan foto udara untuk menganalisa penyebab sehingga secara teknis kami memilik data.Bisa saja dengan kondisi cuaca ektrim ini hutan lahan yang dimanfaatkan masyarakat untuk pertanian dan pekebunan bisa saja berpengaruh, semua ini kami analisa secara holistic, “ jelas Dondokambey.

Dari analisis sementara yang dimiliki Dishut Sulut terdapa 12 Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terdampak yakni DAS Pilolahunga, Inosota, Milangodaa, Sinandaka, Koroisi, Minanga Tangagah, Salongo, Molibagu, Tolondadu, Tabilaa,Sinawan Motoben, dan Pinolosian.

Dari sisi curah hujan mencapai 198mm/hari (sangat lebat) kapasitas pengaliran sangat kecil, tanah jenuh air, debit puncak cepat tercapai, sehingga tidak mampu ditampung badan sungai. Topografi dominan curam/sangar curam, jarak antara hulu dan hilir relatifpendek ,bentuk DAS memanjang memiliki karakteristik debit puncak datang cepat dan penurunan cepat.

(Resa Sky)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

News Feed