Sembel: Disperindag Jangan Asbun…

Uncategorized128 views

Bintangsulut.com – Persoalan harga cengkih dan koprah merupakan problem yang belum dapat dipecahkan oleh pemerintah Sulawesi Utara dengan itu pemerhati sekaligus aktivis Asosiasi Petani Cengkih Indonesia  (APCI)  Sulut, Paulus Adrian Sembel angkat bicara terkait statmen kepalah dinas yang asal bunyi.

Demikian petikan statmen kadis Perindag Sulut “Kita sudah berdiskusi dengan Dinas Perkebunan, setelah ditelusuri ternyata dengan nilai jual 58 ribu rupiah saja, petani masih untung. Jadi, saat panen misalnya, secara keseluruhan biaya yang dikeluarkan petani itu tak lebih dari 58 ribu,” sebut Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Sulut Jenny Karouw. “Memang panen raya ini hanya lima tahun sekali, secara keseluruhan memang petani untungnya berkurang. Tapi bukan tidak ada profit sama sekali,” sambung Karouw

“Disperindag Sulut jangan ASBUN (asal bunyi) dan asal ngomong, apalagi mengeluarkan pernyataan yang tidak populer/kurang elok dimata rakyat, khususnya Petani Cengkih”. Kata Sembel.

Sembel menerangkan bahwa “Sejak pemeliharaan, pemetikan, sampai pengeringan biaya yang dikeluarkan petani cukup besar. Bahkan sejak pemetikan (tidak dihitung dari pemeliharaan bertahun-tahun, pupuk dan lain lain,  biaya yang dikeluarkan kurang lebih 69 ribu rupiah termasuk didalamnya sewa buruh/pemetik, dan alat panjat, sarung, karung, tikar, dan pembersihan cengkih mentah, sekaligus biaya penyimpanan dan lain halnya belum lagi soal biaya transportasi baik cengkih mentah dari kebun sampai kerumah, dan cengkih kering untuk dijual kepedagang/pembeli”. Rinci Dia.

Lanjut Sembel “Yang penting disini sebenarmya bukan soal tambah kurang harga pasaran saat ini dengan biaya produksi. Dampak psikologis masyarakat tani yang ber puluh-puluh tahun berkecimpung dengan Tanaman Cengkih diperhadapkan dengan persoalan hidup sehari-hari.

Harus ada simbiosis mutualistik (saling menghidupkan) antara pemerintah, pengusaha/perusahaan rokok dan petani. Karena lewat komoditas Cengkih ini, pemerintah memperoleh pajak/cukai rokok yang sangat besar sampai trilyilunan rupiah, dan perusahan rokok telah mengembangkan usaha-usaha mereka dibidang yang lain”. Tegasnya.

Makanya menjadi penting disini adalah bicara PRINSIP KEADILAN antara pemerintah, pengusaha/perusahaan rokok dan Petani. Apa yang petani dapat? setelah sekian tahun sejak Indonesia merdeka sudah memberikan sumbangsih besar terhadap ekonomi negara, juga telah menciptakan orang-orang kaya di Republik ini, yakni para pemilik perusahaan rokok besar. .

Dampak sosial jatuhnya harga Cengkih bertahun-tahun di Daerah ini adalah terjadinya proses pemiskinan masyarakat secara struktural dan masif. Buktinya lahan pertanian tidak bisa diolah maksimal karena kekurangan modal, petani tidak mampu menyekolahkan anaknya kejenjang pendidikan tinggi, pengangguran besar, ancaman tarfficking bagi gadis-gadis/anak petani. Sekali lagi, jangan melihat harga Cengkih sesederhana begitu, apalagi dikatakan Petani masih untung dengan kondisi harga sekarang”. Kecam staf ahli ketua DPRD Sulut ini. 20/6’2019. (Resa Sky)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

News Feed